Senin, 14 Januari 2013

PEMANFAATAN CYBER UNTUK PEPERANGAN



PEMANFAATAN CYBER UNTUK PEPERANGAN
Sigit - 95 Alpha

Sun Tzu pada masa 400-320 SM, mengatakan bahwa mengalahkan pasukan lawan tanpa bertempur adalah keutamaan suatu keunggulan. Filosofi tersebut dijadikan oleh para ahli militer abad ini untuk digunakan sebagai kerangka berpikir menciptakan strategi tanpa menggunakan kekerasan dalam berperang. Kemudian muncul strategi-strategi baru yang bertujuan untuk mendapatkan keunggulan di dalam peperangan tersebut. Seperti halnya informasi yang menjadi suatu kebutuhan utama dalam usaha mencapai kemenangan dalam peperangan, baik dalam perang tradisional maupun perang modern sekalipun.  Kemudian muncul adegium bahwa dunia akan dimiliki bila seseorang dapat menguasai dan mengendalikan informasi. Pertukaran informasi, data intelijen menjadi bagian penting dalam proses penguasaan informasi, mulai dengan menggunakan cara-cara manual atau tradisional melalui orang perorang secara kontak langsung hingga bertransformasi dengan menambah peralatan sebagai alat bantu dalam bertukar informasi. Seiring dengan laju perkembangan teknologi dan informasi, terciptalah alat-alat bantu untuk dapat meraih keunggulan informasi. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya teknologi jaringan internet dan sistem jaringan komputer menjadikan pola pikir para ahli strategi perang dewasa ini untuk dapat mengalahkan musuh tanpa harus melakukan pertempuran secara tradisional.
Dalam essay singkat ini, penulis berusaha menjelaskan bagaimana pemanfaatan cyber untuk peperangan dalam prespektif sejarah. Transformasi tersebut juga berdampak pada pola peperangan dengan adanya perubahan interaksi antar manusia, jarak yang tidak menjadi kendala yang berarti, sumber daya manusia yang terlibat perang tidak terlalu besar jumlahnya. Transformasi teknologi juga menjadi titik masuknya cyberspace ke dalam peperangan.

Rabu, 09 Januari 2013

PERANG ASIMETRIK ABAD 21 DI INDONESIA


STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOMPONEN KEKUATAN NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERANG ASIMETRIK ABAD 21 DI INDONESIA

Sigit Sasongko

Komponen kekuatan nasional Indonesia yang akan dibahas dalam tulisan ini terdiri dari diplomasi, informasi, militer, dan ekonomi. Keempat unsur ini berkaitan satu sama lain dan saling membutuhkan, militer yang kuat tentunya akan menimbulkan efek gentar strategis  atau "strategic deterrent effect" (informational) kepada negara-negara di kawasan sehingga akan dapat menjadi daya tangkal terhadap ancaman dari luar. Selain itu, militer yang kuat tentunya dapat mendukung upaya diplomasi (diplomatic-political) agar memperoleh bargaining position yang memadai dalam setiap penyelesaian suatu konflik dengan negara lain. Dengan bargaining yang kuat maka secara otomatis militer akan melindungi momentum kemajuan ekonomi dari gangguan pihak luar maupun dalam negeri, terutama dengan cara menciptakan stabilitas dalam negeri serta melindungi aset-aset ekonomi.  Hubungan seperti ini yang pada dasarnya belum optimal diaplikasikan dalam sistem pertahanan negara Indonesia dalam menghadapi perang asimetris
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai karakteristik perang asimetris abad 21 untuk Indonesia kemudian strategi pembinaan dan pengembangan komponen kekuatan nasional Indonesia untuk mengatasi perang asimetrik abad 21. Mengingat Indonesia mempunyai posisi strategis diantara dua samudera dan dua benua tidak menutup kemungkinan banyak ancaman yang harus dihadapi. Khususnya ancaman asimetris, Indonesia menghadapi dua dimensi yang berbeda, di mana Indonesia berada di posisi yang kuat dalam menghadapi aktor non-negara seperti terorisme dan separatisme di dalam negeri, namun dilain pihak Indonesia berada di posisi yang lemah ketika berhadapan dengan negara besar seperti halnya China.

PENANGANAN ASYMMETRIC WARFARE - AS


PENANGANAN ASYMMETRIC WARFARE
DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT
(PASCA 11 SEPTEMBER 2001)

Sigit Sasongko

Amerika Serikat (AS) menyadari sebagai negara superpower yang memiliki banyak musuh dan menginginkan kehancuran negara tersebut, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Menyadari kekuatan yang dimiliki AS, musuh-musuh AS mengambil perlawanan yang tidak diprediksi sebelumnya oleh AS. Runtuhnya Worid Trade Center (WTC) dan hancurnya Pentagon pada tanggal 11 September 2011 menggunakan cara-cara yang tidak lazim yaitu dengan menabrakkan dan menjatuhkan pesawat komersil oleh aktor non-negara, menandakan adanya sebuah perlawanan dari musuh AS dengan memanfaatkan kerawanan dan kelemahan AS, musuh AS baik berupa aktor negara maupun non-negara terus berupaya mengembangkan diri dengan melakukan perlawanan unconventional menggunakan berbagai strategi, teknik, taktik, dan metode asymmetric warfare. Serangan-serangan untuk mengacaukan kemananan nasional AS dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui aksi-aksi terorisme dan cyber attack.
Tulisan ini akan membahas bagaimana AS menyiapkan strategi-strateginya guna menghadapi asymmetric warfare dalam menjaga keamanan nasionalnya. Ruang lingkup dalam tulisan ini adalah pembahasan keamanan nasional AS dalam menghadapi ancaman asimetrik berupa terorisme dan serangan cyber, serta bagaimana respon AS terhadap ancaman-ancaman tersebut.