Senin, 12 Agustus 2013

Aktor Keamanan dan Doktrin Counterinsurgency


Oleh : Sigit

            Doktrin adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh kekuatan atau elemen militer sebagai panduan tindakan-tindakan di dalam mendukung tujuan nasional. Doktrin juga bersifat memiliki kewenangan tetapi memerlukan pertimbangan dalam aplikasi atau penerapannya. Sedangkan Kontra Insurgensi (counterinsurgency-COIN) merupakan seperangkat tindakan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan yang terintegrasi, dan dimaksudkan untuk mengakhiri dan mencegah terulangnya kekerasan bersenjata, menciptakan dan memelihara struktur politik, ekonomi, dan sosial yang stabil, dan menyelesaikan penyebab pemberontakan dalam rangka membangun dan mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk stabilitas yang langgeng.[1] Oleh karena itu Doktrin kontra insurgensi dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip dasar yang digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan kontra insurgensi. Kemudian doktrin kontra insurgensi tersebut harus difungsikan sebagai panduan umum sebagai tujuan untuk pelaksanaan kampanye yang menghasilkan keamanan yang efektif dan tata kelola populasi dan wilayah tertentu dan menyerang serta memadamkan pemberontakan. Sehingga dengan adanya doktrin tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kontra insurgensi dapat berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dibuat atau digariskan dalam doktrin COIN tersebut.

Sabtu, 10 Agustus 2013

STRATEGI ASIMETRIK


MEMAHAMI KEMBALI STRATEGI ASIMETRIK DALAM SEBUAH PEPERANGAN
Sigit Sasongko

1.        Pendahuluan
           Perang sering ditempuh sebagai jalan akhir dari sebuah konflik apabila berbagai upaya diplomasi tidak menemui titik temu yang diinginkan oleh kedua pihak yang bertikai. Dalam perang selalu terdapat perbedaan antara kedua aktor yang bermusuhan, baik itu kepentingan, maupun cara dan peralatan yang digunakan. Namun, apa jadinya bila kedua pihak tersebut terdapat gap atau perbedaan yang sangat jauh dalam hal kemampuan maupun infrastruktur yang digunakan di mana pihak yang kuat akan berada di posisi yang menguntungkan dan pihak lemah diposisi sebaliknya sebagai pihak yang kurang menguntungkan. Secara perhitungan kasat mata hampir dapat dipastikan bahwa pihak yang mempunyai kekuatan besarlah yang akan memenangkan konflik atau perang tersebut. Pernyataan tersebut tidaklah seratus persen dapat dibenarkan, manakala pihak yang lemah mampu mengembangkan strateginya untuk mendapatkan keuntungan dengan cara mengeksploitasi kelemahan dan kerawanan yang dimiliki oleh pihak kuat. Strategi-strategi inilah yang dijadikan sebagai pijakan berpikir oleh pihak lemah untuk meraih kemenangan dalam sebuah perang asimetrik.